Articles

Program Adiwiyata: Upaya Perkuat Literasi Lingkungan demi Sustainability

Saat ini, dunia masih berada pada era krisis iklim, di mana kondisi alam sedang tidak baik-baik saja. Jika kita melihat dan telisik lebih jauh, apakah kondisi saat ini dipengaruhi oleh alam itu sendiri atau justru manusia?. Apa yang ada di benak kita jika kerusakan-kerusakan pada alam saat ini benar-benar terjadi akibat ulah manusia?. Sungguh ini adalah rahasia umum bagi kita sebagai manusia.

Kondisi dan Upaya Indonesia Saat Ini


Pada tahun 2023, The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa krisis iklim yang disebabkan oleh manusia telah terjadi secara cepat. Akibatnya adalah peningkatan intensitas dan frekuensi cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia, seperti gelombang panas yang semakin intens, hujan lebat, kekeringan, hingga siklon tropis. Di Indonesia, situasi ini mengancam karena sangat rentan terhadap krisis iklim, terutama bencana banjir dan panas yang ekstrem. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tren bencana hidrometeorologi di Indonesia telah mengalami peningkatan selama 40 tahun terakhir. Dalam hal ini, tentu bukan hanya kerusakan alam tetapi juga kerugian ekonomi akibat cuaca ekstrem yang tidak dapat dihindari.


Dalam merespon hal tersebut, Indonesia sudah sejak lama menyuarakan kondisi iklim yang terjadi saat ini. Melalui slogan lingkungan yang tujuannya mendorong kita untuk melakukan tindakan kecil yang berdampak besar bagi bumi jika seluruh manusia melakukannya, seperti "buanglah sampah pada tempatnya", "kebersihan adalah sebagian dari iman" atau "selamatkan bumi kita". Kalimat tersebut bukan hanya sebagai tulisan pemanis dalam sebuah poster, namun untuk dibaca sekaligus diresapi bagaimana tindakan kita hari ini adalah proses yang hasilnya akan dinikmati oleh generasi kita selanjutnya. Langkah tersebut menjadi salah satu upaya meningkatkan kualitas hidup di masa depan dengan memperkuat literasi lingkungan dalam menciptakan kondisi alam yang keberlanjutan dan ramah lingkungan.


Menjaga alam sama halnya dengan menjaga warisan. Hal tersebut selaras dengan pentingnya melestarikan lingkungan yang harus dipahami oleh semua orang. Sehingga kontinuitas dan keseimbangan hidup dapat dipertahankan, dan juga pemahaman ini harus diajarkan dari generasi ke generasi. Menurut Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Tahun 2003, pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya melestarikan lingkungan dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal terstruktur terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara itu, pendidikan non-formal adalah sistem pendidikan yang berbeda dengan pendidikan formal. Jika pendidikan formal dilaksanakan dengan terstruktur, maka pendidikan non-formal adalah pendidikan yang diperoleh melalui keluarga dan lingkungan sekitarnya.


Gencarkan Literasi Lingkungan di Sekolah


Lingkungan sekolah menjadi bentuk pendidikan formal yang semestinya sedang atau telah dilalui oleh masyarakat kita hari ini. Melalui bangku sekolah, kita memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Namun, pemahaman lingkungan tidak cukup hanya disampaikan dalam bentuk pesan lingkungan tetapi perlu diimplementasikan lebih lanjut sebagai sebuah ilmu. Sehingga seluruh warga sekolah lebih dituntut untuk memahami pentingnya melestarikan dan menjaga lingkungan.


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.52/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/9/2019 tentang Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) yaitu tentang perencanaan dan pelaksanaan gerakan PBLHS, piagam penghargaan, pemantauan, dan evaluasi dari dewan pertimbangan gerakan PBLHS. Menegaskan bahwa peraturan ini menjadi dasar untuk mendorong dan mengembangkan pendidikan lingkungan agar dilakukan secara terpadu. Dengan program Adiwiyata melalui mata pelajaran yang ada di sekolah yang mampu digencarkan oleh hampir seluruh jenjang sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga menengah.


Dengan adanya komitmen bersama dalam bentuk program Adiwiyata tersebut, warga sekolah dilibatkan dalam berbagai kegiatan pembelajaran lingkungan. Program Adiwiyata selaras dengan visi pada green jobs, yaitu untuk mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan dan sektor ekonomi, hingga ke tingkat yang mampu melestarikan lingkungan hidup. Pada dasarnya, program Adiwiyata merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada sekolah dalam penilaian kemampuan melaksanakan gerakan PBLHS terkait upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di lingkungan sekolah.


Aksi Untuk Memperkuat Literasi Lingkungan


Dalam ukuran skala, program Adiwiyata mengusung konsep pendidikan berwawasan lingkungan yang tergolong besar, karena secara menyeluruh telah dilaksanakan oleh hampir seluruh sekolah di Indonesia. Salah satu green skills yang dapat mendorong terwujudnya green jobs adalah hukum lingkungan. Di mana kemampuan tersebut dapat menjadi tolak ukur masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari di lingkup masyarakat secara nasional. Dimulai dari skala besar pada anak-anak sebagai generasi saat ini melalui sekolah-sekolah dengan program Adiwiyatanya, yang diharapkan mampu menciptakan generasi-genarasi yang sadar akan dampak jangka panjang lingkungan sekitarnya. Penghargaan Adiwiyata bagi sekolah yang telah mencapai tingkat kota, tingkat provinsi, tingkat nasional maupun tingkat mandiri, diharapkan mampu menginterpretasikan kepedulian warga sekolahnya terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Melalui keikutsertaan dalam organisasi yang berkecimpung di bidang lingkungan hingga aksi-aksi nyata menyuarakan peduli lingkungan di dunia nyata (lokakarya dan lain sebagainya) maupun di dunia maya (media sosial).


Kesadaran dan kepedulian akan pentingnya melestarikan lingkungan adalah wujud dari tingginya tingkat literasi lingkungan, yang diperoleh jika model pembelajaran selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan demi terciptanya literasi lingkungan. Selain itu, perlu juga diperkuat dengan keterlibatan peran warga sekolah, khususnya siswa dengan menuntun langkah-langkah inovatif dalam penciptaan ide-ide yang muncul dari pemikiran jernih mereka. Bukan hanya sebagai pembelajaran di sekolah, namun sebagai proses pembentukan kebiasaan pada diri individu agar mengindahkan apa yang seharusnya dijaga.

Literasi lingkungan perlu digencarkan dengan aksi iklim yang nyata dilakukan sejak dini.


Pembiasaan ini juga menekankan selain kepada siswa, namun juga masyarakat secara luas agar selalu mengingat dampak yang dihasilkan dari tindakan-tindakan kita hari ini adalah untuk masa mendatang. Literasi lingkungan difokuskan pada pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku kita terhadap lingkungan. Hal ini diperkuat dengan adanya dukungan motivasi yang mengarahkan seseorang pada sebuah niat untuk memahami masalah lingkungan saat ini. Maka, melalui program Adiwiyata diharapkan siswa mengalami perkembangan dari sikap kepedulian dan kesadaran lingkungan yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menjaga, melestarikan, memperbaiki dan mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebab, seseorang yang memiliki literasi lingkungan sudah tentu sikap sadar dan peduli telah terbentuk. Sehingga dapat dengan cepat merespon kondisi lingkungannya. Selain itu, pembelajaran lingkungan di dalam sekolah adiwiyata merupakan sarana membangun kepedulian seseorang terhadap lingkungan.


Jika literasi lingkungan telah digencarkan melalui program Adiwiyata dengan model pembelajaran yang fleksibel, keterlibatan peran warga sekolah, pembiasaan aksi nyata untuk perbaikan iklim, merespon secara positif dan masif mengenai kondisi lingkungan, serta menciptakan sarana yang mendukung pembentukan sikap sadar dan peduli seseorang. Maka sesungguhnya perubahan nyata bagi keberlanjutan dan ramah lingkungan sudah terlihat di depan mata. Sehingga, upaya ini dapat terus digencarkan oleh seluruh generasi hingga era krisis iklim ini berangsur membaik.


Penulis: Diah Febrianti